1 November 2010

STOP POLITIK TERSINGGUNG (karena rakyat belum juga tersungging senyumannya)

Hiruk pikuk politik di Kota Bekasi sudah memasuki babak “sejadi-jadinya”. Awalnya, saya tidak punya kegairahan untuk mengikuti perkembangan politik lokal. 1001 polemik yang mengapung dalam diskursus politik di Kota Patriot inipun tidak juga menghanyutkan saya untuk menyelami kedalamannya. Dalam catatan saya, kisruh politik di Kota Bekasi tak beranjak dari sentrum kekuasaan; eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dari beberapa yang tercatat itu, tampaknya peristiwa unjuk aspirasi kader partai demokrat tadi pagi (Senin,26/4) menggugah rasa ingin tahu saya. Ada apa?. Tanya sini-sana. Ya beragam jawabannya. Kesimpulan besar dari semua jawaban itu; ada ketersinggungan politik dari pernyataan Mochtar Mohamad selaku Walikota Bekasi soal PAW (Pergantian Antar Waktu) kepada anggota DPRD dari Fraksi Partai Demokrat. Tak ada sumber yang pasti atas lontaran B-1 kepada legislator PD kecuali rangkaian dan penggambaran atas peristiwa itu.

PAW memang bukan term yang aneh dilingkungan DPRD. Menjadi aneh karena diucapkan oleh pihak yang tidak memiliki relevansi politik. Kenapa? Karena PAW memang persoalan rumah tangga partai. Dus; pihak eksternal tak bisa masuk ke wilayah ini. Ini kalau kita bicara aturan normatif dalam mekanisasi sebuah partai. Sekarang jika kita masuk dalam ruang komunikasi dan relasi politik, ada banyak persepsi yang bisa mengerucut pada tingkatan; sah-sah saja atau meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Gus Dur; gitu aja kok repot.
Saya setuju kalau politisi memiliki naluri kepekaan melebihi mereka yang bukan politisi. Bahwa kepekaan itu menjadi inheren bagi politisi juga sesuatu yang baik. Tapi kepekaan yang direduksi menjadi ketersinggungan personal berujung menjadi ketersinggungan institusi; keblinger namanya. Sebab musabab keblinger inilah, saya berani prihatin dan sedikit geli (saya termasuk orang yang jarang sembrono untuk sekedar prihatin dan geli loh....he..he..he..he).
Adapun hal-hal yang membat saya berani prihatin dan sedikit geli itu, ya seperti ini;
1. Masyarakat Kota Bekasi lebih berhak tersinggung karena anaknya belum mendapatkan kesempatan pendidikan,
2. Masyarakat Kota Bekasi lebih berhak tersinggung karena belum menikmati pelayanan kesehatan,
3. Buruh halal kalau tersinggung karena belum juga ada perbaikan upah kerja,
4. Anak-anak jalanan menjadi sangat tersinggung karena nasibnya terabaikan,
5. Pengangguran wajib tersinggung karena pemerintah kota bekasi tak mampu menyediakan lapangan kerja,
6. Publik tersinggung karena berurusan dengan birokrasi tak pernah bebas pungli,
7. Konstituen partai tersinggung karena wakil-wakilnya di DPRD sibuk ngurusi hal-hal yang tidak memenuhi citarasa kemakmuran dan kesejahteraan.
8. Dan banyak lagi pihak yang tersinggung kalau mereka dibawa-bawa memikul beban ketersinggungan itu sendiri.

Buat saya, ya terserah, mau dilanjutkan ketersinggungannya atau membuat ketersinggungan baru; itu tidak penting, karena sejauh tidak memiliki subtansi; dia cuma basa-basi. Saran saya (kalau boleh); STOP POLITIK TERSINGGUNG karena tugas anda bukan untuk tersinggung tapi bagaimana membuat rakyat Kota Bekasi tersungging senyumannya...#

0 komentar:

Posting Komentar