30 Januari 2011

Pertarungan Para Titan

DI tengah menghangatnya kasus pelesiran Gayus, skandal Bank Century yang sudah satu tahun lebih mengendap tidak jelas kini diungkit lagi. Para inisiator Hak Angket Century mulai bergerak untuk menggalang dukungan dari sejumlah fraksi di DPR. 

Keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan gugatan uji materiil atas Pasal 184 ayat (4) UU No 27 tahun 2009 soal menyatakan pendapat pada Rabu (12/1) dianggap sebagai pemicu timbulnya inisiatif tersebut. Para inisiator beranggapan ini momen yang tepat untuk kembali meminta pertanggungjawaban pemerintah atas kerugian negara Rp6,7 triliun akibat skandal tersebut. 

Sekilas usaha para inisiator tersebut bisa dipahami, mengingat skandal tersebut bagaikan benang kusut yang tak jelas ujung ceritanya. Satu tahun lebih kasus itu hanya mampu menarik 'aktor-aktor' kecil ke bui. Namun, nasib tokoh besar di belakangnya masih tanda tanya. 



Namun, kemunculan kembali skandal Century di tengah perhatian publik yang terlena kelakuan 'liar' Gayus HP Tambunan, terdakwa kasus mafia pajak, malah menimbulkan pertanyaan tersendiri. Benarkah mereka (para inisiator) terpanggil untuk menuntaskan skandal Century? Atau sekadar pengalihan isu? Atau ada isu yang lebih besar lagi? 

Saat ini perhatian publik sedang berpusat kepada Gayus. Sejak namanya terungkap oleh mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji, Gayus yang memiliki tabungan senilai Rp25 miliar itu pun harus merelakan dirinya pindah tempat tinggal, ke Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, atas tuduhan korupsi, pencucian uang, dan penggelapan pajak setahun yang lalu. 

Kasus mafia pajak Gayus pun ternyata menyeret banyak kalangan, seperti kalangan Dirjen Pajak, beberapa perwira Polri, pengacara, dan beberapa jaksa. Semakin lama, kasus Gayus terus bergulir ke mana-mana, seperti bola liar. Beberapa perusahaan besar pun, berdasarkan pengakuan Gayus, turut berpartisipasi dalam penggelapan pajak, yang merugikan negara milyaran rupiah. 

Belum tuntas vonis terhadap Gayus atas 'kelakuannya' mengobok-obok pajak negara. Ia lagi-lagi menjadi berita utama karena kehadirannya di sebuah turnamen tenis internasional di Bali, November tahun lalu. Pelesiran Gayus, ke Makau, Kuala Lumpur, dan Singapura, lagi-lagi terungkap awal tahun ini. 

Kehebohan pun terjadi lagi. Kasus Gayus makin melebar, dan makin tidak jelas. Seakan ada upaya menjauhkan dia dari kasus utama pertamanya yang membuat dirinya berkenalan dengan pihak yang berwajib. Ini pun diakui Gayus. Dia merasa dirinya 'dikorbankan' atas sebuah skenario besar, dengan menjadikan dirinya akhir dari segala kasus. 

Nah, ketika semua sibuk melacak paspor palsu, saksi pelapor yang melihat Gayus jalan-jalan, dan kebocoran imigrasi, beberapa kalangan menilai Gayus hanyalah wayang. Lalu, siapakah dalangnya? 

Namun, begitu ada usaha untuk menguak aktor intelektual kasus Gayus, muncullah usulan mengungkit skandal Century yang sempat tenggelam itu. Ketika skandal Century terungkap, beberapa orang dari satu partai besar diduga menerima kucuran dana haram itu. Sementara, kasus mafia pajak Gayus ditengarai melibatkan petinggi partai besar lain. 

Bisa jadi, kedua isu besar ini merupakan tarik-menarik kepentingan. Jadi, bisa dibayangkan ketika dua-duanya diangkat, artinya 'dua raksasa' sedang bertarung ketat. 

Mengingat kasta dua kasus ini begitu tinggi, ada kekhawatiran kasus-kasus tersebut tidak akan tuntas sampai ke akar-akarnya. Pihak-pihak yang diduga berada di belakang dua kasus ini seperti halnya para titan di mitologi Yunani. Titan, dalam mitologi ini, merupakan tokoh-tokoh penguasa bumi sebelum digulingkan Zeus. Mereka berkuasa penuh atas bumi. 

Berdasarkan analogi itu, bisa dimaklumi betapa sulitnya membongkar jaringan skandal Century dan kasus mafia pajak. Mengusik kasus-kasus tersebut, sama dengan menggoyang mereka. Kita hanya berharap ada seorang 'Zeus' yang bisa mewujudkan (penuntasan kasus-kasus) itu. Dan siapakah Zeus itu? KPK, Polri, Kejaksaan Agung, DPR, atau rakyat?



http://www.mediaindonesia.com

0 komentar:

Posting Komentar